Cerpen Sedih Terbaik Untuk Orang Galau – Di dalam sini kami akan memberikan kepada kalian bagaimana dalamnya kesedihan yang mendalam ketika melihat orang yang dicintai itu mencintai orang lain dan juga masih banyak lainnya padahal dalam defenisi kata sedih itu bukan hanya di dalam percintaan dan juga bisa di dalam kehidupan.
Dalam artikel ini saya berikan link yang menurut saya sangat baik nya juga bisa kalian berikan kepada teman teman kalian semua dan juga jangan luap ambil hikmahnya dari semua ini bagi kalian sang pembaca.
Cerpen Sedih Terbaik Untuk Orang Galau
Seorang gadis sedang berada di suatu ruangan Gelap, tidak ada satu cahaya pun yang terkesan olehnya. Ruang sempit yang tadi siang dilihatnya kosong tidak lagi terkesan sebab tidak adanya cahaya. tidak ada luka memar dalam tubuh mungilnya, hanya hatinya yang terluka. Badannya merasa terguncang ketika sesosok pemuda yang menculiknya membuka topeng yang pemuda itu kenakan. Dirinya tidak yakin dengan kenyataan nasib yang begitu menyedihkan. Air mata bahkan tidak lagi dapat keluar sebab terlalu tidak sedikit menangis. “Kenapa tidak bunuh saja aku?” Ucapnya pelan. Hati ia rasa amat sakit, semacam ada suatu belati tajam yang sampaip serta merobeknya. Berbagai piring makanan berada di depannya. Tetapi tidak ada satu inci pun keinginan untuk melahapnya.
Dua hari yang lalu.
Anisa, gadis cantik yang tetap duduk di bangku kelas 3 SMA sedang menantikan kekasihnya di depan rumahnya. 30 menit telah ia habiskan untuk sekedar menantikan. kemudian seseorang menutup hidung anisa dengan Lipatan tisue membikinnya tidak sadarkan diri.
Gadis itu dikagetkan dengan cahaya terang yang masuk ke dalam matanya. Silau, membikin kedua tangannya diletakan di mata supaya cahaya terang itu tidak lagi masuk. Dirinya membuka perlahan matanya yang tidak lagi ditutupi kedua tangan. Seseorang dilihatnya sedang memegang senter. Anisa tersenyum pada pemuda itu, meski ia rasa berat menggerakan bibir untuk merekahkan senyuman.
Pemuda itu berlangsung menuju anisa yang duduk di aspek ruangan, menyenderkan tubuh lemahnya pada dinding. “Cepatlah makan!” ujar pemuda itu penuh tekanan. Anisa tidak menjawabnya, gadis itu hanya tersenyum dengan memperlihatkan satu isyarat “tidak” dengan menggelengkan kepalannya. “Kalau kau tidak mau makan aku bakal memukulmu!” lanjut pemuda itu kemudian. “Aku tidak mau makan, kau tidak bakal memukulku sebab kau merupakan lelakiku” jawab anisa yang memaksa tersenyum kembali, meski sisa energi dalam tubuhnya mungkin tidak lumayan untuk sekedar menggoreskan senyuman.
Satu tamparan tentang wajah gadis itu, tanpa aba-aba. membikin anisa meringis kesakitan. entah apa yang merasuki gadis itu alias mungkin itulah dirinya, ia lagi-lagi kembali tersenyum menghiraukan rasa sakit yang pemuda itu buat. “Tanganmu bergetar seusai menamparku, kalau kau bakal membunuhku kenapa tanganmu bergetar aik?” Tanya gadis itu pelan yang tetap dapat terdengar oleh pemuda itu. Tetapi pemuda itu berlangsung ke arah pintu, melalaikan suara pelan yang membikin tubuhnya bergetar.
“Bunuhlah aku!” Suara gadis itu terdengar nyaring di telinga arik, pemuda itu. “Tak butuh menyuruhku, bakal kuperbuat!” Jawab arik yang saat ini menatap wajah anisa serta berlangsung ke arahnya, tidak melanjutkan membuka pintu yang berada di depannya. Tidak butuh waktu lama, arik segera berlangsung cepat menuju arah gadis itu. Jarak mereka begitu dekat, sampai hembusan nafas anisa yang tidak beraturan serta pelan terdengar oleh pemuda itu. Arik tidak menyakiti anisa, ia bahkan memeluk hangat tubuh anisa yang lemah.
“Aku tidak yakin kau bakal membunuhku” ujar anisa pelan. “Maafakan aku Nisa” ujar arik dengan suara bergetar. Hangat tubuh pemuda itu seakan membikin energi dalam tubuh anisa bertambah. “Tak ingin menyakitiku lagi?” Tanya anisa tertawa pelan “tak akan!” Balas arik dengan penuh tekanan. “Aku yakin kau tidak bakal menyakitiku, apalagi membunuhku aik. Itu terbukti tidak bakal terjadi aku yakin itu” batin anisa.
Sebuah meja menerpa tubuh arik yang sedang memeluk hangat tubuh anisa. Tumbukkan yang keras membikin pemuda itu jatuh, terlepas dari pelukan tubuh mungil anisa. “Dasar bodoh, aku menyuruhmu membunuhnya! Kau malah memberbagi makanan padanya” Gerutu seorang pria dewasa yang berdiri dengan tatapan bengis. “Aik, aik bangunlah” ujar anisa. kemudian Suatu kursi menerpa kepala anisa membikinnya terdampar di lantai.
Pekerjaan yang mengwajibkan arik membunuh anisa, kekasihnya sendiri. Tetapi pemuda itu tidak lagi khawatir memikirkan bahwa ia wajib membunuh gadis yang rutin tinggal di hatinya, sebab mereka berdua telah tenang. Keduanya tersanjung, meski telah tidak lagi dapat bersama. Yang membikin anisa tersanjung merupakan sebab dirinya terbunuh tidak oleh arik. serta yang membikin Arik tersanjung merupakan sebab takdir tidak mengizinkannya untuk membunuh kekasihnya.